Jumat, 19 Februari 2016

Makalah Dampak Kabut Asap di Riau



DAMPAK KABUT ASAP BAGI LINGKUNGAN SEKITAR KEPULAUAN RIAU
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Bahasa Indonesia







Oleh
Devi Merliyanti
Hikmatullah
Muhamad Sa'rudin
Muhamad Sajili
Renaldy Pangestu
Rifat Anggi Agustian
Siti Tisas Sitra Sanana
Zulfa Tsuroya
XI – IPA 2

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 CARINGIN
Jalan Mayjen HE. Sukma Km. 16 Kec. Caringin – Bogor Telp. 0251 -8242 246 E_Mail : smancar@yahoo.co.id
BOGOR
2016

KATA PENGANTAR


            Puji Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya karya ilmiah yang berjudul "Dampak Kabut Asap Bagi Lingkungan Sekitar Kepulauan Riau" dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
            Karya ilmiah ini disusun untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia. Semo-ga karya ilmiah ini dapat di jadikan sumber acuan belajar dan menambah wawasan bagi pembacanya.
            Penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua yang telah memberi-kan dukungan baik secara materil maupun nonmateril. Tidak lupa kepada Ibu Resti Nuraina Ulfa selaku guru pembimbing dan rekan–rekan yang membantu dalam proses penulisan karya ilmiah ini.
            Diharapkan karya ilmiah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis umumnya bagi para pembaca. Penulis menyadari karya ilmiah ini jauh dari ke-sempurnaan. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa diharapkan guna perbaikan di masa yang akan datang.


Bogor, Januari 2016

                                                                                                   Penulis
DAFTAR ISI
                                                                                                                                    Halaman

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah ................................................................................... 1
1.2  Rumusan Masalah.............................................................................................. 2
1.3  Tujuan Penelitian............................................................................................... 2
1.4  Manfaat Penelitian............................................................................................. 3
BAB II KAJIAN TEORI
2.1  Lahan Gambut................................................................................................... 4
2.2  Penyebab Kebakaran Di Kepulauan Riau......................................................... 5
2.3  Pengaruh Kabut Asap........................................................................................ 5
2.4  Upaya Menanggulangi Kabut Asap Di Kepulauan Riau................................... 8
BAB III PENUTUP
3.1  Simpulan ........................................................................................................... 10
3.2  Saran ................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN - LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
Hutan sebagai paru-paru dunia juga penyumbang oksigen dan keanekara-gaman hayati terbesar di muka bumi. Terdapat berbagai jenis flora dan fauna di dalamnya. Hutan adalah bentuk kehidupan yang tersebar di seluruh dunia yang dapat ditemukan baik di daerah tropis maupun daerah beriklim dingin. Sebagai fungsi ekosistem, hutan berperan sebagai lumbung air, penyeimbang lingkungan dan mencegah timbulnya pemanasan global.
Hutan Indonesia merupakan hutan terluas ke-3 di dunia setelah Negara Bra-zil dan Negara Zaire. Luas hutan di Indonesia diperkirakan mencapai 120,35 juta hektar atau sekitar 63% luas daratan. Penyebaran hutan di Indonesia hampir ber-ada di seluruh wilayah nusantara, termasuk Provinsi Riau. Sebagian besar wilayah hutan Provinsi Riau merupakan lahan gambut yang sangat berpotensi untuk per-tumbuhan kelapa sawit. Dari luasan total lahan gambut di dunia sebesar 423.825.-000 ha, sebanyak 38.317.000 ha terdapat di wilayah tropika. Sekitar 50% dari lu-asan lahan gambut tropika tersebut terdapat di Indonesia yang tersebar di pulau-pulau Sumatra, Kalimantan dan Papua.
Indonesia menempati urutan ke-4 dalam hal luas total lahan gambut sedunia, setelah Kanada, Uni Soviet dan Amerika Serikat. Indonesia memiliki lahan gam-but terluas diantara negara tropis lainnya, yaitu sekitar 21 juta ha, yang ter-sebar luas terutama di pulau Sumatera, Kalimantan dan Papua (BB Litbang SDLP, 2008 dalam Agus dan Subiksa, 2008). Lahan gambut Riau menempati urutan ke-2 ter-banyak setelah provinsi Papua.
Oleh karena itu, banyak perusahaan-perusahaan baik swasta asing maupun dalam negeri yang berminat dan tertarik terhadap lahan gambut di Provinsi Riau dan kemudian melakukan kerjasama untuk membangun perkebunan kelapa sawit yang akan diolah menjadi minyak. Namun tidak semua perusahaan yang menaati peraturan pemerintah terutama dalam hal pengelolaan lahan untuk pembangunan

sehingga timbulah tindakan illegal yang dilakukan oleh perusahaan tersebut yang hanya dapat memberikan keuntungan sepihak. Misalkan, pembukaan lahan yang dilakukan dengan cara pembakaran hutan.
Dengan semakin banyaknya lahan yang dibakar maka akan meningkatkan kadar asap dari kebakaran itu sendiri. Apalagi asap yang ditimbulkan dari pem-bakaran lahan gambut yang dinilai sangat sulit dalam upaya penyelesaiannya. Di-karenakan, saat musim kemarau tiba permukaan tanah gambut cepat sekali kering dan mudah terbakar, dan api di permukaan juga dapat merambat ke lapisan dalam yang relatif lembab. Oleh karenanya, ketika terbakar, kobaran api tersebut akan bercampur dengan uap air di dalam gambut dan menghasilkan asap yang sangat banyak.
Mengenai hal tersebut maka diperlukan penelitian mengenai kandungan dan dampak yang ditimbulkan asap kebakaran dari lahan gambut tersebut, khususnya bagi lingkungan dan kesehatan di wilayah Riau.

1.2              Rumusan Masalah
1.2.1   Bagaimana kaitan antara lahan gambut dan kabut asap di sekitar kep. Riau ?
1.2.2   Apa penyebab kebakaran di kepulauan Riau ?
1.2.3   Bagaimana pengaruh kabut asap bagi lingkungan dan kesehatan di sekitar kep. Riau  dan bagi Negara tetangga?
1.2.4   Apa sajakah upaya untuk menanggulangi Kabut Asap di Kep.Riau ?

1.3              Tujuan Penelitian
1.3.1   Untuk mengetahui hubungan antara lahan gambut dan kabut asap di kep. Riau.
1.3.2   Untuk menjelaskan bagaimana pengaruh kabut asap bagi lingkungan dan kesehatan di sekitar kep. Riau.
1.3.3   Untuk menjelaskan bagaimana pengaruh kabut asap bagi Negara tetangga.
1.3.4   Untuk mengetahui upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan.
1.4              Manfaat Penelitian
Karya ilmiah ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan   pemaha-man baik mengenai aspek-aspek  dari kabut asap yang terjadi di Kepulauan Riau.

BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Lahan Gambut
            Lahan gambut dalam Bahasa Inggris sebagai peat, dan lahan-lahan ber-gambut di berbagai belahan dunia dikenal dengan aneka nama seperti bog, moor, muskeg, pocosin, mire, dll. Istilah gambut sendiri diserap dari bahasa daerah Ban-jar. Sebagai bahan organik, gambut dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Volume gambut di seluruh dunia diperkirakan sejumlah 4 triliun m3, yang men-utupi wilayah sebesar kurang lebih 3 juta km3 atau sekitar 2% luas daratan di dun-ia, dan mengandung potensi energi kira-kira 8 miliar terajoule2.
Sekitar 60% lahan basah di dunia adalah gambut; dan sekitar 7% dari lah-an-lahan gambut itu telah dibuka dan dimanfaatkan untuk kepentingan pertanian dan kehutanan. Manakala kondisinya sesuai, gambut dapat berubah menjadi se-jenis batubara setelah melewati periode waktu geologis.
Gambut terbentuk tatkala bagian-bagian tumbuhan yang luruh terhambat pembusukannya, biasanya di lahan-lahan berawa, karena kadar keasaman yang tinggi atau kondisi anaerob di perairan setempat. Tidak mengherankan jika seba-gian besar tanah gambut tersusun dari serpih dan kepingan sisa tumbuhan, daun, ranting, pepagan, bahkan kayu-kayu besar, yang belum sepenuhnya membusuk. Kadang-kadang ditemukan pula, karena ketiadaan oksigen bersifat menghambat dekomposisi, sisa-sisa bangkai binatang dan serangga yang turut terawetkan di dalam lapisan-lapisan gambut.
Lazimnya di dunia, disebut sebagai gambut apabila kandungan bahan organik dalam tanah melebihi 30%; akan tetapi hutan-hutan rawa gambut di Indo-nesia umumnya mempunyai kandungan melebihi 65% dan kedalamannya mele-bihi dari 50cm. Tanah dengan kandungan bahan organik antara 35–65% juga bia-sa disebut muck.

Pertambahan lapisan-lapisan gambut dan derajat pembusukan (humifikasi) terutama bergantung pada komposisi gambut dan intensitas penggenangan. Gam-but yang terbentuk pada kondisi yang teramat basah akan kurang terdekomposisi, dan dengan demikian akumulasinya tergolong cepat, dibandingkan dengan gam-but yang terbentuk di lahan-lahan yang lebih kering. Sifat-sifat ini memungkinkan para klimatolog menggunakan gambut sebagai indikator perubahan iklim pada masa lampau. Demikian pula, melalui analisis terhadap komposisi gambut, teru-tama tipe dan jumlah penyusun bahan organiknya, para ahli arkeologi dapat mere-konstruksi gambaran ekologi pada masa purba.
Pada kondisi yang tepat, gambut juga merupakan tahap awal pembentukan batubara. Gambut bog yang terkini, terbentuk di wilayah lintang tinggi pada akhir Zaman Es terakhir, sekitar 9.000 tahun yang silam. Gambut ini masih terus berta-mbah ketebalannya dengan laju sekitar beberapa milimeter setahun. Namun gam-but dunia diyakini mulai terbentuk tak kurang dari 360 juta tahun silam; dan kini menyimpan sekitar 550 Gt karbon.
Luas lahan gambut di Sumatra diperkirakan berkisar antara 7,3–9,7 juta hektare atau kira-kira seperempat luas lahan gambut di seluruh daerah tropika. Menurut kondisi dan sifat-sifatnya, gambut di sini dapat dibedakan atas gambut topogen dan gambut ombrogen.
2.2  Penyebab Kebakaran di Kepulauan Riau
            Penyebab dari kabut asap ini adalah adanya suatu perusahaan yang bere-ncana ingin membuat lahan perkebunan sawit, lalu mereka membakar hutan. Ka-rena hembusan angin, akhirnya api tersebut semakin meluas sehingga menghasil-kan kabut asap yang pekat dan bisa menyebabkan penyakit, dan kecelakaan lalu lintas karena jarak pandang yang tidak sempurna.
2.3 Pengaruh Kabut Asap
2.3.1 Pengaruh Kabut Asap Bagi Kesehatan
Secara umum kabut asap dapat mengganggu kesehatan semua orang, baik yang dalam kondisi sehat maupun dalam kondisi sakit. Pada kondisi kesehatan te-rtentu, orang akan menjadi lebih mudah mengalami gannguan kesehatan akibat kabut asap dibandingkan orang lain, khususnya pada orang dengan gangguan paru dan jantung, lansia, dan anak-anak. Berikut ini dampak akibat gangguan asap bagi kesehatan kita.
  1. Kabut asap dapat menyebabkan iritasi pada mata, hidung, dan tenggorokan, serta menyebabkan reaksi alergi, peradangan dan mungkin juga infeksi.
  2. Kabut asap dapat memperburuk penyakit asma dan penyakit paru kronis lain, seperti bronkitis kronik, PPOK dan sebagainya.
  3. Kemampuan kerja paru menjadi berkurang dan menyebabkan seseorang mudah lelah dan mengalami kesulitan bernapas.
  4. Bagi mereka yang berusia lanjut (lansia) dan anak-anak maupun yang mempunyai penyakit kronik, dengan kondisi daya tahan tubuh yang rendah akan lebih rentan untuk mendapat gangguan kesehatan.
  5. Kemampuan dalam mengatasi infkesi paru dan saluran pernapasan menjadi berkurang, sehingga menyebabkan lebih mudah terjadi infeksi.
  6. Berbagai penyakit kronik juga dapat memburuk.
  7. Bahan polutan pada asap kebakaran hutan dapat menjadi sumber polutan  di sarana air bersih dan makanan yang tidak terlindungi.
  8. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) jadi lebih mudah terjadi, terutama karena ketidak seimbangan daya tahan tubuh (host), pola bakteri/virus penyebab penyakit (agent) serta buruknya lingkungan (environment).
2.3.2 Pengaruh Kabut Asap Bagi Negara Tetangga
Banyak dari negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia mengeluh ka-rena mendapatkan dampak dari kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia, mereka sampai meliburkan sekolah mereka karena asap yang sudah mengganggu.


2.3.2.1 Sekolah Libur
Pemerintah Singapura memutuskan untuk meliburkan sekolah dasar dan menengah pertama di seluruh Singapura pada 25 September lalu. Keputusan ini dibuat sebagai bentuk kekhawatiran akan angka PSI (Pollutant Standards Index) yang menuju angka 300. Keputusan meliburkan dua tingkat sekolah ini membuat ujian nasional bidang musik di Singapura ditunda untuk sementara waktu. "IPU (indeks pencemaran udara) menghampiri 200. Semua sekolah di Selangor, Kuala Lumpur, Putrajaya, Negeri Sembilan, dan Melaka ditutup esok 15.9.2015,".
2.3.2.2 Layanan Antar Makanan Cepat Saji Ditiadakan
Kabut asap rupanya tidak hanya berdampak pada dunia pendidikan negara tetangga. Industri makanan cepat saji Singapura pun mengalami dampak kabut asap kiriman Indonesia. Tercatat, restoran cepat saji seperti McDonald’s, KFC, dan Pizza Hut membuat kebijakan terkait dengan kondisi kabut asap.
Kebijakan yang dimaksud dilakukan pada bagian jasa antar makanan (deli-very service). Merek-merek restoran cepat saji terkemuka ini memutuskan untuk menghentikan jasa pengiriman makanannya dengan tujuan menjaga keselamatan para pengendara motor yang mengantarkan makanan. Namun, kebijakan ini hanya bersifat temporer alias sementara waktu.
2.3.2.3  Kereta Cepat Kini Melambat
 Selain kementerian pendidikan Singapura, Otoritas Transportasi Darat Singapura (Land Transport Authority/LTA) juga memberikan reaksi terhadap be-ncana kabut asap. LTA menyerukan bahwa “Operator Transportasi Umum akan menjalankan rencana manajemen kabut bila situasinya memburuk.”
Bila jarak pandang berkurang, kecepatan kereta MRT di atas tanah mungkin diturunkan sebagai tindakan pencegahan. Hal ini sedang dilakukan di sepanjang bentangan antara stasiun Admiralty dan stasiun Marsiling dengan sedikit pening-katan dalam waktu perjalanan, demikian pernyataan LTA sebagaimana dikutip dari Asiaone. 

 2.3.2.4 Singapura Menawarkan Bantuan
Menteri Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Air, Dr. Vivian Balakrishnan, telah menyampaikan keprihatinan Singapura yang mendalam dengan situasi kabut yang kian memburuk kepada Menteri Lingkungan Hidup Indonesia dan Kehutan-an, Dr. Siti Nurbaya Bakar, pada 10 September lalu.
2.3.2.5  Menteri Malaysia Sakit
Kabut asap dari Indonesia ternyata tidak hanya berdampak terhadap masya-rakat umum. Kabut rupanya berdampak pada kesehatan seorang pejabat teras Mal-aysia. Seorang menteri negeri jiran ternyata juga tak luput dari dampak buruk kab-ut asap ini.
2.4  Upaya Menanggulangi Kabut Asap Di Kepulauan Riau
2.4.1  25 pesawat sudah dikerahkan untuk melakukan pemboman air
Upaya penting untuk lenyapkan bencana kabut asap adalah menghilangkan titik-titik kebakaran hutan dengan memadamkannya. Cara paling efektif adalah dengan melakukan water bombing. Dikutip dari laman CNN Indonesia, hingga pekan kedua September ini pemerintah sudah mengeluarkan upaya untuk melaku-kan pemboman air di enam provinisi yang rawan dan darurat asap dengan meng-gunakan 25 pesawat. Selain water bombing, teknologi modifikasi cuaca dengan cloud seeding atau memupuk awan pun sudah berkali-kali dilakukan untuk mem-buat hujan buatan di atas titik-titik kebakaran hutan Sumatera.
2.4.2    Ratusan Brimob sudah diturunkan untuk memburu pelaku pembakar hutan
Kantor berita CNN melansir, Markas Besar Kepolisian RI telah mengera-hkan tak kurang dari 400 personel untuk memburu pelaku-pelaku individu pemba-kar hutan di kawasan area hutan Sumatera dan Kalimantan. Dalam surat tugasnya, Tim Brimob dari Jakarta dikirim untuk membantu personel lokal dalam memper-cepat proses hukum atas pelaku pembakar hutan. Nantinya, di daerah titik kebaka-ran hutan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) akan mengatur ko-mando pusat dengan wewenang Satuan Tugas Operasi (Satgasops) gabungan dari Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian, jumlahnya mencapai sedikitnya 2.090 personel. TNI dan Polisi ditugaskan untuk mengatasi hingga ke akar masalah ke-bakaran hutan yang telah sebabkan kabut asap.
2.4.3        TNI kerahkan 1.059 prajurit untuk memadamkan kebakaran hutan di Riau dan sekitarnya
Masih dilansir dari laman CNN, Tentara Nasional Indonesia sudah menu-runkan sekitar 1.059 prajurit yang tergabung dalam Satuan Tugas Operasi Pena-nggulangan Kebakaran Hutan. Satgas itu dipimpin langsung oleh Asintel Divif-1 Kostrad Kolonel Infanteri Dwi Suharjo. Operasi khusus untuk melenyapkan derita warga yang terdampak kabut asap ini menurut Panglima TNI Jenderal Gatot Nur-mantyo merupakan tugas mulia bagi seorang prajurit. Tugas bernilai tinggi untuk menyelamatkan ekosistem hutan dan menghilangkan derita penduduk. Tindakan efektif yang akan dilakukan prajurit adalah dengan menyisir tiap sudut hutan, dan memanfaatkan alat pemadam kebakaran yang sudah dipanggul dibawa masuk ke dalam hutan.
           


BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
            Gambut (Bod Pead) merupakan jenis tanah yang sebagian besar terdiri dari pasir silikat dan sebagian lagi terdiri atas bahan-bahan organik asal tumbuhan yang sedang dan atau sudah melalui proses dekomposisi. Kebakaran lahan gambut merupakan kebakaran bawah (ground fire) yang mengakibatkan sulitnya cara pe-madaman terhadap api bawah tanah tersebut.
Kebakaran hutan merupakan akar permasalahan kesehatan dan lingkungan yang serius.  Kabut asap yang ditimbulkan dari kebakaran hutan/ lahan gambut ter-sebut mengakibatkan kualitas udara menurun dan tercemar. Hal ini terbukti pada data ISPU yang menunjukkan kualitas udara saat kebakaran hutan Riau Juni lalu dikategorikan tidak sehat hingga berbahaya.
Dampak asap terhadap kesehatan berupa gangguan pernapasan atau ISPA dan keluhan pernapasan bagi orang yang berisiko tinggi dan sensitif.  Dampak as-ap terhadap lingkungan mencakup beberapa aspek antara lain di bidang  biofisik, ekonomi, sosial, politis, dan pariwisata. Salah satu upaya pencegahan paling uta-ma terhadap kebakaran hutan adalah mengatasi sumbernya yakni memadamkan kebakaran itu sendiri.
3.2 Saran
Berdasarkan karya ilmiah ini, penulis mengharapkan beberapa hal yang dapat dijadikan pertimbangan dan saran,yakni :
3.2.1 Diharapkan kepada seluruh masyarakat bahwa menjaga kelestarian hutan itu sangat penting. Mulailah dari menanamkan rasa memiliki dan cinta alam dari diri sendiri.
3.2.2  Diharapkan kepada pemerintah atau pihak terkait dalam hal pembu-atan undang- undang atau hukum yang lebih tegas terhadap kasus keb-akaran hutan sehingga tidak terjadi maraknya lagi kabut asap.


DAFTAR PUSTAKA


http://blog-wandi.blogspot.com/2015/09/contoh-karya-ilmiah-tentang-kabut-asap.html. Di akses pada hari Sabtu, 09 Januari 2016. Pukul 14:35.
http://makalahsekolah.com/2015/05/14/karya-ilmiah-tentang-kebakaran-hutan/. Di akses pada hari Sabtu, 09 Januari 2016. Pukul 14:38.
http://plhbayusujatmoko.blogspot.co.id/2015/09/negeri-berselimutkan-asap.html. Di akses pada hari Sabtu, 09 Januari 2016. Pukul 14:41.
http://wahyuni4brega12.blogspot.co.id/2014/06/loker-makalah-2.html. Di akses pada hari Sabtu, 09 Januari 2016. Pukul 14:45.